Posts

Showing posts from December, 2024

Laut

Oleh : Luvis Zakaria Berdiri aku di tepi Pantai Memandang lepas ke tengah laut Ombak pulang, memecah berderai Keriaban pasir rindu berpaut. Ombak datang bergulung-gulung Balik kembali ke tenang segera Aku takjub, terdiri termenung Beginilah rupanya permainan masa. Hatiku juga seperti dia Bergelombang-gelombang memecah ke pantai Arus suka beralih duka Payah mendapat perasaan damai

Stop Bullying

Image
Oleh : Wahyu Sulistiyaningsih Kelas : IX Stop Bullying Satu kata berjuta luka Berawal dari bercanda lalu menjadi biasa yang akhirnya membuat orang lain terluka. ( Gambar Poster Oleh : Moch Abdul Khafidz, Kelas IX ) Sakit hati sudah biasa Sedih pun sudah terasa. Berpikirlah sebelum mengatakannya karena sebuah luka tidak akan sembuh begitu saja. Ketika kita dikucilkan ingatlah selalu kepada Tuhan yang selalu memberi kekuatan yang selalu memberi ketenangan dan membuat kita terselamatkan.

Cahaya Baru di Ujung Hari

Oleh : Ayik suhaini Angin pagi berhembus lembut, membawa aroma tanah basah dan dedaunan segar. Langit di ufuk timur perlahan berubah warna, dari kelamnya malam menuju semburat jingga yang hangat. Burung-burung mulai bernyanyi, melodi mereka bersahutan, menjadi orkestrasi alami yang mengisi keheningan pagi. Di kejauhan, kabut tipis masih menyelimuti pepohonan, seperti selimut lembut yang enggan pergi. Cahaya matahari pertama menembusnya, memantulkan kilauan di atas embun yang menempel di daun-daun hijau. Tanah yang lembap memancarkan aroma khas, menciptakan perasaan damai yang sulit dijelaskan. Pagi itu, dunia terasa baru. Cahaya mentari yang semakin kuat memberi semangat baru, seolah membisikkan harapan yang belum sempat padam. Segalanya terlihat indah dalam kesederhanaannya—pohon-pohon yang berdiri kokoh, bunga-bunga yang bermekaran, dan bayangan yang tercipta di atas tanah oleh sinar mentari yang hangat. Hari itu berjanji akan membawa keceriaan, seiring dengan suara gemericik air sun...

Di Balik Langit Mendung

Oleh : Ayik suhaini Langit kelabu, mendung bergelayut, Awan berat seolah merajut, Dingin menyusup, hati terhanyut, Di antara sunyi, rindu menyusut. Burung terdiam, angin berbisik, Pepohonan merenung tanpa lirih musik, Ada cerita yang enggan terusik, Dalam mendung, jiwa terusik. Namun mendung tak selamanya muram, Ia menyimpan hujan, kehidupan terhampar, Membasuh luka, menyuburkan harapan, Di balik gelap, ada terang yang menanti dicanangkan. Langit mendung, pelipur keluh, Mengajarkan sabar meski hati rapuh, Karena selepasnya, mentari akan tersenyum teduh, Menghapus beku, menghangatkan peluh.